Appetizer

TW// Suggestive

Jisun tahu ini memang salahnya. Tidak sepenuhnya salah juga karena harus berjarak di hari ulang tahun Changbin memang di luar kuasanya. Tetapi paling tidak saat ini ia sudah bersama laki-laki kecintaannya itu. Kendati sudah lewat dua hari sejak ulang tahunnya, ia masih pundung dan Jisun nyaris dibuat gila oleh kekasih yang lebih muda 1 tahun—9 bulan lebih tepatnya—darinya.

Berdua masih bergelung di balik selimut. Persetan dengan ponsel yang terus berdering sejak tadi. Changbin betul-betul hanya ingin menghabiskan waktu dengan pacarnya setelah ditinggal 2 minggu. Duduk bersandar di kepala tempat tidur dan biarkan Jisunnya bersandar di dada bidangnya.

“Aku lapar,” keluh Jisun.

Pukul 10. Dua jam berlalu sejak keduanya bangun pagi tidak produktif. Menikmati tayangan film di layar besar—yang tidak benar-benar dinikmati.

“Aku enggak,” sahut Changbin.

“Dih sakit lambung nanti.”

“Jelek ngomongnya.”

Jisun terkekeh begitupun Changbin. Rengkuhan Changbin di pinggangnya makin erat. Kalau sudah begini, Jisun benar-benar tidak bisa apa-apa lagi selain menunggu kapan Changbin lengah atau akhirnya luluh dan nurut.

Sayangnya, Jisun juga sudah tidak sabar. Dia baru kembali dari luar kota semalam omong-omong. Waktu dan dirinya langsung disabotase oleh Changbin. Mati kelaparan karena tidak dibiarkan lepas dari pelukan pacar agaknya terlalu malu-maluin untuk dijadikan headline portal berita online.

“Bin,” panggil Jisun lembut. Tidak lagi bersandar di dada Changbin. Ia duduk menatap pacarnya. Mengusap lembut pipi Changbin.

“Hmmm,” respon Changbin pura-pura tidak terusik padahal telinganya sudah merah padam.

“Brunch dulu ya?” Satu kecupan mendarat di pipi Changbin membuatnya mendelik. Tangannya menahan pergerakan tangan JIsun di pipinya.

“30 menit lagi,” tawar Changbin berusaha memberi negosiasi. Jisun menggeleng.

Oke ini terakhir batin Jisun.

Yang berikutnya ia lakukan adalah duduk di pangkuan Changbin. Kedua tangan bertumpu di bahu Changbin lantas mencium bibirnya. Dari kecupan singkat berlanjut lumatan lembut oleh Changbin yang akhirnya merapatkan tubuh Jisun dengan merengkuh pinggangnya.

Meski Jisun sempat terbuai, tetapi pergumulan itu tidak berlangsung lama. Kesadarannya kembali untuk kemudian menarik diri dari Changbin dan beranjak dari posisi.

“Hey, kemana?” tegur Changbin yang kalah cepat untuk menguasai Jisun kembali. Ia ikut berdiri ingin menghampiri Jisun yang sudah lebih dulu membuka pintu kamar. Melepas tawa selebrasi kemenangan.

“Udah ih, aku betulan lapar. Cukup ya buat appetizernya.”

Oh….oke. Akan Changbin tagihkan menu utamanya nanti. Mungkin memang sebaiknya mereka re-charging terlebih dahulu.

—end—