Bad Omens

xh gunil x billie sua

Atmosfer dalam mobil itu penuh ketegangan. Tidak ada satu kata terucap di antara sepasang manusia di dalamnya. Sera masih dibalut dress off-shoulder navy sebatas lutut. Senada dengan dasi yang dikenakan Glenn. Dasi yang tak serapi saat berangkat tadi.

3 jam lalu keduanya masih bisa saling melempar tawa. Lawakan ala bapak-bapak khas Glenn selalu mampu mengundang gelak tawa dari Serena.

Duduk perkara dimulai di pesta pernikahan tadi. Satu hal Glenn sadari, hubungan ini sudah terlampau jauh. Terus berulang tanpa kejelasan dan akhirnya merusak ia dan Sera.

Sebagaimana yang telah disepakati keduanya pada saat memulai hubungan ini. Bahwa keduanya harus berhenti ketika salah satunya jatuh cinta. Tetapi bagaimana jika Glenn betulan jatuh cinta pada Sera sementara Sera jatuh cinta pada orang lain?

Tidak ada titik temu.

“Gue bingung.” Sera akhirnya bersuara setelah 10 menit mengendalikan diri.

“Ini salah gue. Maaf. Maafin gue, Ser.”

“Kak.”

“Harusnya dari awal emang kita gak mulai apa-apa.”

“Kak...”

“Iya. Lo seharusnya gak sejauh ini gue bawa.”

“Kak...”

“Gue gak tahu. Maa—”

“Mas, berhenti minta maaf atau gue turun sekarang.”

Satu tahun berjalan hubungan palsu ini. Dan 6 bulan terakhir Sera menyembunyikan fakta kalau dia sedang dekat dengan seseorang. Seseorang yang menjadi alasan Glenn pamit pulang lebih dulu di acara resepsi temannya.

Oh, siapa juga yang menyangka kalau orang yang dekat dengan Sera itu berada di circle yang sama dengan teman Glenn yang kawin. Betapa sempitnya dunia sehingga Sera ingin sekali melebur menjadi debu saat itu juga.

“Gue juga salah gak ngasih tau lo kalau lagi deket sama orang, Mas.”

Glenn memutuskan untuk menepi. Berbelok ke restoran cepat saji dan memesan asal apapun yang ada di kepalanya lantas meminjam lahan parkir untuk berbicara. Iya. Ini harus selesai saat ini juga. Glenn tidak ingin membawa pulang beban keabu-abuan ini.

Tanpa perlu Sera jelaskan pun sebetulnya Glenn tahu Sera memang sedang dekat dengan seseorang. Sera terlalu mudah dibaca oleh Glenn. Sehingga sekecil apapun itu, Glenn tahu bahwa ia dan Sera memang seharusnya sudah selesai setengah tahun yang lalu?

Apakah Sera egois? Atau Glenn yang pura-pura tak tahu lebih egois lagi?

Pada hakikatnya berdua sama-sama tidak bisa melepas diri dari jerat setan “pacar palsu”. Sama-sama bingung dengan perasaan masing-masing. Atau mungkin hanya Sera yang bingung?

“Gue bingung harus gimana pamit sama lo, Mas. Gue juga gak tahu kalau sejauh itu. Sejauh lo ngenalin gue ke Mama lo. Gue gak tahu bakal seserius itu.”

“Bukannya gue udah bilang di awal, Ser?”

Sera mengangguk. “Tapi lo gak nyangka kan kalau Mama lo nyaman sama gue. Lo juga mungkin gak nyangka kalau dress yang gue pakai sekarang ini dibeliin Mama lo.”

“Hah?!”

“Lo bahkan gak tau seberapa sering gue pergi sama Mama lo.”

Sekarang Glenn betulan pening. Berharap satu sesapan cola dapat membantu mendinginkan kepalanya tetapi gagal.

“Ser.”

“Hmmm.”

“Kalau gue bilang gue suka sama lo, lo pasti bakalan nganggep ini terpaksa karena gue—maksudnya kita—terlanjur terjebak di hubungan rumit ini kan?”

Sera menatap Glenn lamat hingga akhirnya mengangguk meski ia sendiri tidak yakin. Setelah semua kebaikan Glenn padanya, tidak semudah itu Sera berprasangka buruk. Apakah Sera percaya diri? Tidak juga.

Menghabiskan waktu bersama Mama Glenn ternyata membawanya mengenal lebih jauh tentang laki-laki ini. Ya, tanpa Glenn tahu Sera memang sudah terlalu jauh menyelam di samuderanya.

“Karena kesepakatan kita adalah selesai sewaktu salah satu jatuh cinta, ya. Mungkin sekarang waktunya.”

“Kita udahan?”

“Iya.”

Sera mengangguk. “Oke.”

“Soal Mama, gue bakalan cerita yang sebenar—”

“Jangan.”

“Jangan?”

“Lo gak perlu bilang terus terang ke Mama lo. Beliau pasti bakalan kecewa berat.”

“Tap—”

“Please, Kak. Lo bisa bilang kita putus karena udah gak cocok atau apapun asal jangan tentang hubungan palsu ini.”

Glenn menghela napas. Dadanya masih terasa sesak. Sebagian dari dirinya menginginkan ini tidak selesai semudah ini.

“Ser.”

“Iya?”

“Thanks buat semuanya.”

“Gue juga. Thanks buat semuanya, Kak. Dan sorry karena cuma sampai sini.”

Glenn mengangguk. “Gue anter pulang ya.”

Hari itu untuk terakhir kalinya Glenn mengantar Sera pulang. Sesuatu yang seharusnya sudah ia lakukan setengah tahun lalu. Sebelum ia jatuh terlalu dalam dan berat melepaskan Sera.