Caramel

xh junhan x nmixx bae

Jehan datang 15 menit lebih awal di café. Yakin bahwa Belia akan datang tepat waktu pukul 10. Jujur keyakinan yang dibawa Jehan saat ini seadanya. Dia telah banyak mendengar testimoni tentang cinta pertama.

Apakah Jehan peduli? Tentu saja tidak.

Itu bukan selalu. Hanya sering terjadi tak berarti selalu. Ia punya 50:50 keberhasilan dan kegagalan. Posibility nya sama.

Belia tiba pukul 10.01. Memesan minum dan cemilan untuknya sebelum menyapa Jehan dan duduk di hadapan Jehan yang masih asing dengan rambut panjang Belia.

“Lo nunggu lama ya, Kak?”

“15 menit?”

Belia mengangguk paham. Kedua netra berpendar menengok kanan kiri memperhatikan detail setiap sudut café.

“Bentar. Gue tiba-tiba keinget study-date kita dulu. Yang tiba-tiba lo ditelpon ayah lo.”

JEhan menyelam kembali pada memori beberapa tahun lalu. Belia yang bosan menunggunya belajar. Hari itu ia melihat sisi lain Belia yang tidak tahan dalam ketenangan.

“Lo pasti bosan banget hari itu.”

Belia mengangguk. “Tapi rasa suka gue ke lo ngalahin rasa bosan sih, Kak.”

“And if it ever happen again?” tanya Jehan spontan mengundang perhatian Belia.

Pandangan keduanya bertemu. Seakan menyampaikan satu sama lain kebenaran yang terelakkan dari sorot yang ada.

Belia menyerah dan berpaling. Seakan memberi jawaban pada Jehan kegagalannya hari ini telah datang. Belia menjadi lebih sulit untuk diterka. Jiwa keduanya mungkin tertukar sejak akhir itu.

“It might never happen tho.”

“You wish it never, Bel.”

“Kak, We were kid back then.”

Obrolan yang mengambang. Tema yang tersirat seperti tabu di antara keduanya. Namun satu sama lain paham kemana arahnya.

“I have no chance?”

“You have no chance.”

Belia tumbuh dewasa dan pindah. Sementara Jehan tumbuh dewasa tetapi terjebak dalam perasaannya yang mendalam pada cinta pertamanya.

Lagipun apa yang ia harapkan ketika kenyataannya memang dia yang pergi dan Belia yang ia tinggalkan?

Sampai 2 jam berlalu, tak ada lagi obrolan tentang masa lalu. Belia begitu lihai membawa topik yang lebih “sehat” alih-alih mengulas kenangan.

Sampai akhirnya Jehan melepas Belia yang pamit, ia mafhum. Belia cinta pertamanya yang tak akan terulang dan yang paling dalam rasa sakitnya.