CLOUDS
Dia masih berdiri termangu. Di hadapan cermin yang pantulkan figurnya. Tubuh kurus berbalut dress putih tipis. Mengekspos coretan tinta-tinta permanen di kulit pucatnya. Kupu-kupu, bunga, pemantik.
Kressss.....
Nyaring suara gunting. Memangkas helai-helai karamel mahkota kepalanya. Sebuah helaan rilis saat mahkota sepunggung itu tersisa sebatas menggantung di bahu.
Air matanya tak lagi terbendung. Selaras dengan air langit yang menerpa kaca jendela kamarnya. Awan kelabu berkumpul rapat. Begitupun sesak di sukmanya.
Tatapannya nanar pada putih di angkasa. Lontarkan tanya tanpa suara. Udara semakin dingin pun bekukan diri dan jiwanya. Tapi ia tak peduli. Dress putih tipis itu adalah kesedihan yang mengudara.
Pada cakrawala kelabu ia lepaskan tanya. Tentang gerangan yang kini telah pergi sebelumnya. Gerangan yang masih ingin ia ajak tuk nikmati aroma kembang di musim semi. Gerangan yang masih ingin ia ajak bernyanyi di malam-malam benderang musim panas. Gerangan yang masih ingin ia ajak bercengkrama di balik jendela saat musim gugur menyapa. Gerangan yang masih ingin ia rasakan peluk dan dekapnya saat musim dingin kuasai dunia.
Apa sekarang kamu baik-baik saja?
Tidak ada.
Ia telah melambung di udara lepas. Menari di balik awan. Meninggalkannya seorang diri menapak bumi yang menakutkan. Memaksanya kembali pada waktu sebelum ia datang. Pada masa dimana ia belum menjadi bagian dari cerita di semestanya.
Apa meninggalkanku tanpa pamit membuatmu baik-baik saja?
Konyol.
Semua tanya di benak hanya berisi tanya-tanya kosong melompong tak perlu jawab. Tetapi ia masih memaksa untuk mendengar sendiri bahwa jawaban itu adalah “tidak”.
Sebab aku tidak baik-baik saja setelah melepasmu jauh
Minggu lalu tangan kekar itu masih erat merengkuh pinggang kecilnya. Deru napasnya yang teratur masih hangat di ceruk lehernya. Satu minggu sampai ia tak lagi bergerak dan menetap tak ada daya.
Ia pernah berada di jurang yang gelap nan sepi. Di balik deretan pegunungan rasa takut akan dunia yang tak pernah bersahabat dengannya. Lantas dialah cahaya yang menuntunnya keluar dari gelap sepi. Menemaninya untuk menemukan kembali pemahaman bahwa hidup masih ada artinya. Yang mengajarkan untuk mencintai dirinya sendiri.
Ketika semua telah tercapai, ia pergi.
Apakah kamu tersenyum sekarang? Apakah kamu bahagia telah membuatku mencintai diriku sendiri?
Temui aku lagi di mimpi
Bisikkan lagi padaku manis tuturmu tanpa bantahan agar aku tetap baik
Meski kamu takkan pernah lagi dapat kutemui sesuka hati
Berjanjilah padaku kita akan bertemu lagi dalam versi terbaik satu sama lain
Aku mencintaimu....bersama sepi malam-malam tanpamu
Aku mencintaimu....bersama awan-awan putih yang berarak diterpa angin di angkasa biru
-end-
29/08/2021