flatline
xh ode x nmixx sullyoon
Oscar sudah lama tahu Shellyn. Mungkin sejak kecil karena keluarga keduanya pergi beribadah di gereja yang sama. Tapi apakah kesempatan untuk dekat ada? Ada. Tetapi Oscar tidak seberani itu untuk memulai.
Sampai akhirnya kesempatan yang lebih baik dan punya banyak peluang datang. Saat penerimaan siswa baru SMA dan ia menemukan Shellyn di antara ratusan murid yang berkumpul di depan panggung.
Ia menemukannya dan menyadari bahwa virus merah jambu telah menginvasi setiap rongga batinnya. Shellyn seperti hujan di kemarau panjang masa SMA-nya yang nyaris tanpa bumbu romansa. Kalaupun bisa dimasukkan kategori romansa, mungkin harus disandingkan dengan angst.
Besar harapan Oscar pada Shellyn. Terlebih mengingat lagi-lagi ia jatuh cinta pada seseorang yang masuk dalam daftar-siswi-paling-diinginkan-untuk-jadi-pacar-selama-SMA. Ya. Oscar pernah jatuh cinta dengan salah satu adik kelas tahun lalu yang harus ia relakan karena si gadis lebih memilih kakak kelasnya yang baru lulus tahun ini.
“Hey, lo anak IM kan?”
Di antara kerumunan orang-orang selesai beribadah, Oscar tepuk pundak Shellyn; menyapa untuk pertama kalinya.
“Iya. Kakak member D’Ordie kan?”
“Lo tau?”
Ia mengangguk dengan seulas senyum terpatri di paras cantiknya. Lepas itu pamit ketika kedua orangtuanya memanggil. Meninggalkan Oscar yang nyaris kehilangan fungsi lutut karena otaknya sibuk memproses senyum manis Shellyn.
“Gue Shellyn.”
“Oscar. Kadang pada suka manggil Osce.”
Perkenalan resmi pertama. Di perpustakaan sekolah. Obrolan sana sini yang diinisiasi Oscar rupanya mendapat respon baik dari Shellyn. Dari situ banyak hal yang membuat Oscar semakin terpikat.
Shellyn pun bukan gadis naif apalagi bodoh. Segala sikap dan perhatian Oscar sudah ia baca. Obrolan singkat lepas ibadah yang selalu diinisiasi Oscar, menyapa saat papasan, atau mengambilkan buku di rak yang lebih tinggi dari jangkauan Shellyn.
Hal-hal sepele yang Shellyn sadari bahwa ini tidak biasa. Dan ia sendiri pun ikut jatuh terperangkap saat menyadari siapa yang ia cari di antara anak basket yang latihan dari tribun. Atau mencari sosoknya dari balik jendela saat kelasnya sedang olahraga di lapangan luar.
“Shel?”
“Iya?”
“If I ask you such a cheesy question, will you answer it?”
“Cheesy like?”
“Will you be my gf?”
“I will.”
“Eh?”
“Hmmm?”
“Beneran?”
“Hmm beneran.”
“Why?”
“Idk…I fell like I should say ‘I will’.”
“So we have the same feeling, aren’t we?”
“We are.”
Kalau kalian pikir mereka dalam obrolan terbuka, tentu kalian salah besar. Chat? Apalagi itu. Percakapan ini ada di buku catatan fisika Oscar. Dan terjadi di perpustakaan sekolah. Tempat pertama kali mereka berkenalan secara resmi.