Pesan Tak Sampai

untuk teman pulang....

Beberapa tahun terakhir ini, aku mendapat teman baru yang seru. Yang mendengarkan segala celotehan tak berguna yang keluar dari bibirku. Yang menemaniku mengeluh seiring kaki melangkah maju.

Sudah pernahkah ada yang mengatakan ini padamu? Bahwa kau adalah seorang pendengar yang baik? Berbeda denganku yang tak pernah bisa fokus mendengarkanmu berkisah. Sebab aku lebih tertarik menatap sepasang obsidian cokelat yang indahnya mengalahkan konstelasi bintang.

Aku tak tahu sejak kapan aku mulai menghafal tentangmu. Tentang rasa jus buah yang selalu membersamaimu di sisi kiri tas. Tentang telingamu yang merah mirip kepiting rebus setiap kali menerima pujian dariku. Tentang wangi parfummu yang kerap kali masih dapat kugambarkan jelas aromanya kendati aku telah mengunci diri di kamar.

Semua ingatanku tentangmu telah membawaku pada satu kesi.pulan bahwa aku telah jatuh padamu. Pada senyummu yang candu, senyum yang selalu berhasil menular padaku karena aku benar-benar menyukainya. Semua. Tentangmu, aku suka. Kamu, aku suka.

Tapi....

Ketahuilah bahwa tulisan ini bisa saja sampai ke kamu atau tidak sama sekali. Aku bisa melihat diriku di kedua netramu. Sosok yang juga telah membuatmu jatuh tetapi kau harus bangun 'tuk terus berjalan. Sebab bukan padaku kau seharusnya jatuh.

Hari ini, esok, entahlah. Aku akan pergi jauh lebih cepat dari yang kau tahu. Aku sungguh marah karena ketika kita telah benar-benar memiliki satu rasa, semesta tak beri izin untuk kita bersama.

Aku tidak akan pernah pamit. Tetapi aku ingin mengucap terima kasih karena kau telah menjadi satu dari sekian alasanku tuk tetap bertahan. Kumohon jikalau kau menungguku, maka berhentilah dan menyerahlah. Sebab aku takkan pernah bisa menemanimu menghabiskan sisa umur kita.

Untuk pertama dan terakhir kalinya, aku tuliskan perasaanku padamu. Aku mencintaimu sampai rasanya aku ingin hidup 1000 tahun dan menua bersamamu. Tapi masaku telah di ujung. Kepada-Nya aku akan pulang. Rumahku adalah Dia. Bukan kamu.

Salamku untuk angkasa luas bahwa aku akan menjadi satu dari sekian banyak bintang. Nantikan hadirku di kanvas malam. Aku akan menjagamu dari sana.

Kepada pelataran gereja, yang menjadi saksi kisah masa kecil kita. Aku mungkin takkan pernah kembali, tetapi aku berharap di dalamnya kau mendoakanku—dan kita—agar tetap baik meski kita tak lagi menjadi bagian dari kisah satu sama lain di masa depan.

Aku mencintaimu. Ini kalimat terakhirku.

-end-