Pulang
Aku tahu, hari ini ia pulang.
Bukan setahun dua tahun kita saling tahu. Lebih dari itu sehingga pemahamanku atas lelah di air mukanya sudah mesti tak dapat ia sembunyikan di balik seulas senyum yang bagiku menyakitkan.
Ia selalu begitu. Merasakan sendiri. Menyimpin rapi dalam diri. Sejuta rasa yang padahal bisa ia bagi meski sedikit.
Musim gugur telah menyapa dengan rintik hujan dingin mengawali pagi dan hembusan angin sebelum sang surya pamit. Tidak banyak hal spesial. Hanya cokelat hangat dan puding buah di antara kami. Ia bukan penikmat kafein apalagi manisan.
Pandangannya jauh. Pada cakrawala di ufuk barat. Semu jingga yang menenangkan. Tetapi sihirnya mampu memutar rol memori di kepala, kembali pada yang didamba.
”Hei, percaya padaku. Kamu akan baik-baik saja. Semuanya akan baik-baik saja.”
Dunia yang kita pijaki memang kejam. Semua yang kita lalui berat dan melelahkan. Mereka bilang akan ada upah setelahnya. Ah, dusta saja. Tak selalu begitu. Mungkinkah cara kita melihat yang harus dirubah?
Pulang.
Di hari-hari tertentu ia akan datang kemari. Bersahabat sepi duduk di balkon menatap jauh ke angkasa. Cokelat panas hanya formalitas. Kerap tak tersentuh hingga kepulan asapnya lenyap. Hening. Berbincang dengan angin.
Helaan napasnya beriring air mata. Sepangsa rindu menyapa sukma. Menjadikan kekasih sebagai rumah sejatinya adalah penyesalan tak berhulu yang pernah ia buat di hidup.
Hari ini ulangtahunnya dan ia pulang. Pulang ke rumahnya. Kepadaku. Aku yang memeluknya tetapi tak nyata.
Selamat tidur, Cinta. Ulang tahunmu ini, beristirahatlah. Mentari nan indah akan menyambutmu esok hari
Seberapa jahat pun dunia, kau tetap cintaku yang paling hebat. Beristirahatlah, aku akan memelukmu. Meski tak lagi dapat kau rasa. Terima kasih telah selalu menyimpanku. Terima kasih karena terus mengingatku di hari-harimu
Esok kau akan baik-baik saja. Percayalah
Selamat Ulang Tahun, Bangchan <3 011021 14:37